Sabtu, 30 Agustus 2014

"Ketika Adolf Hitler semakin Lusuh"



Sedikit yang kita ketahui tentang Hitler. Bacaan di bawah ini cukup menarik untuk menambah wawasan kita tentang Hitler, selamat membaca!

Ketika Adolf Hitler Semakin Lusuh

SETELAH Hitler bunuh diri, bunker tempat persembunyiannya di selatan Brandenburg Gate, Berlin, tak pernah disentuh. Pemerintah khawatir bunker itu akan dijadikan situs suci bagi para pendukung Hitler dan Nazisme.
Kini pemerintah Jerman sedang membangun gedung baru di wilayah itu. Dan baru-baru ini pekerja konstruksi menemukan sesuatu yang diduga sebagai atap bunker Hitler.
***
29 April 1945. Untuk kali terakhir Adolf Hitler keluar dari kamar pribadinya di dalam bunker.
Tanda-tanda kejatuhan Berlin seperti juga kehancuran Nazi semakin nyata. Pasukan Uni Soviet telah mencapai bibir kota dari arah utara, timur dan tenggara. Hitler dan pasukan Nazi semakin tersudut. Beberapa kali bom jatuh di luar sana menimbulkan goncangan hebat di dalam bunker
Sore itu wajah Hitler tampak semakin lusuh. Tangannya yang selalu disimpan di balik punggung bergetar–sesuatu yang dideritanya sejak lolos dari upaya pembunuhan setahun sebelumnya. Tubuhnya semakin condong membungkuk ke depan. Dari sinar matanya dan wajahnya yang lusuh, Hitler tampaknya paham bahwa kemenangan semakin jauh meninggalkan dirinya, dan bahwa tiba saatnya bagi dia untuk meninggalkan pentas.
Padahal baru beberapa hari sebelumnya Menteri Propaganda Nazi, Joseph Goebbels masih sesumbar. Pasukan Nazi, yakinnya, akan mempertahankan Berlin hingga titik darah penghabisan. Warga Berlin dan tentara Nazi dilarang melarikan diri, mengibarkan bendera putih, serta melakukan tindakan sabotase yang memperlemah kekuatan Nazi.
Uban sepintas nyaris menutupi kepalanya, kenang Erna Flegel kepada harian Jerman, Bild Zaitung. Flegel adalah satu dari sekian perawat Hitler dan petinggi Nazi lainnya di dalam bunker. Flegel bertahan di dalam bunker saat pasukan Soviet tiba setelah Berlin sepenuhnya dikuasai dan bendera putih berkibar di jalanan dan lorong-lorong kota. Flegel baru meninggalkan bunker beberapa hari kemudian. Dinas intelijen Amerika sempat menahannya dan mengajukan banyak pertanyaan tentang aktivitas di dalam bunker. Namun Flegel menutup mulut. Kini wanita itu berusia 93 tahun. Dia hidup di sebuah rumah jompo di sebelah utara Jerman.
Hitler yang baru merayakan ulang tahun ke-56 saat itu, masih kenang Flegel, tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Air muka Hitler yang semakin lusuh itu, selusuh suasana di dalam bunker.
Kepada para pembantu setianya, termasuk Flegel, Hitler mengucapkan selamat tinggal. Dia menyalami semua orang yang telah sekian lama menemaninya di dalam bunker. Menanyakan satu dua pertanyaan singkar sebelum kembali ke kamar pribadinya bersama Eva Braun yang menurut beberapa riwayat dinikahi Hitler tak lama sebelum kematiannya.
Wartawan veteran Deutsche Welle, Heinrich Bergstresser, yang menjadi mentor dalam Seminar Freedom of Press and Freedom of Information yang digelar Friedrich Naumann Stiftung di Gummersbach, Jerman, mengatakan masih banyak sisi gelap kehidupan Hitler yang belum terkuak. Termasuk tentang hubungannya dengan Eva Braun. Kata Heinrich, beberapa desas-desus juga mengatakan Hitler seorang homoseksual, atau, pedofilia.
Keesokan harinya, sekitar pukul 15.30, terdengar tembakan dari kamar Hitler. Sang Fuhrer bunuh diri. Setelah menenggak racun sianida, Hitler menembak kepalanya. Seperti Hitler, Eva Braun menghabisinya nyawanya dengan  menenggak sianida.
Cara Hitler memilih kematian juga masih jadi bahan pembicaraan. Banyak orang bertanya, mengapa dia harus menembak kepalanya setelah menggak sianida? Masih menurut cerita Flegel, menjelang kejatuhan Nazi, Hitler semakin gelisah dan paranoid. Peristiwa setahun lalu yang nyaris membunuhnya, membuat Hitler menjadi mencurigai siapapun yang ada di sekitarnya. Hitler curiga, jangan-jangan agen rahasia Sekutu berhasil menyusup ke bunker rahasia miliknya, dan menukar isi kapsul sianida yang telah disiapkannya untuk bunuh diri, dengan racun palsu. Dia percaya, pihak Sekutu ingin menangkap dirinya hidup-hidup–sesuatu yang bagi Hitler barangkali adalah sebuah hal memalukan yang tak termaafkan.
Goebbels yang juga tinggal di bunker itu pun bunuh diri bersama istrinya, Magda Goebbels. Beberapa versi mengatakan, Goebbels menembak dada Magda terlebih dahulu sebelum menembak kepalanya. Versi lain mengatakan, Goebbles dan Magda berdiri berhadap-hadapan di luar bunker, lalu saling tembak. Sebelum kematiannya, Magda yang juga dikenal sebagai tokoh propaganda Nazi lebih dahulu menghabisi nyawa keenam anak mereka. Dia melarutkan racun sianida ke makanan anak-anaknya.
Detik-detik menjelang kematian Hitler dan kehancuran Nazi ditampilkan kembali oleh Oliver Hirschbiegel, seorang sutradara Jerman, dalam film Der Untergang (Kejatuhan). Film berdurasi 150 menit itu ditulis berdasarkan beberapa buku sejarah seperti Inside Hitler’s Bunker karya Joachim Fest.
Film yang dirilis bulan Februari dan akan diputar di Israel itu menuai kontroversi karena dinilai terlalu berani menampilkan sisi Hitler yang manusiawi–sesuatu yang melawan gambaran umum tentang Hitler, diktator yang bengis dan kejam.
“Apakah kita diperbolehkan menampilkan monster sebagai manusia?” tanya harian Bild, misalnya.
Namun banyak kritikus film yang menilai film itu luar biasa karena mampu menampilkan dua kontras; kehidupan dalam bunker yang diliputi ketegangan, dan aksi bombardemen pasukan Uni Soviet di Berlin hanya beberapa meter di atasnya.
Bruno Ganz yang berperan sebagai Hitler, dan sang sutradara, Oliver Hirschbiegel, pun dinilai layak memperoleh Oscar.
***
Setelah 60 tahun berlalu, nazisme diduga belum mati. Tanggal 8 Mei lalu, bersamaan dengan peringatan 60 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua di Eropa, ratusan anggota kelompok neo-Nazi menggelar long march menuju Brandenburg Gate dan Monumen Holocaust.
Langkah rombongan yang mengenakan pakaian hitam-hitam itu dihentikan di Alexanderplatz, sebelah timur Berlin. Dalam sekejap mata mereka dikepung polisi anti huru-hara dan anggota masyarakat yang menentang kehadiran nazisme. Seberapa besar kekuatan kelompok neo-Nazi ini? Rakyat Merdeka, 24 Mei 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar