Sabtu, 30 Agustus 2014

Catatan seorang Sahabat: "Hidup Bersama Leukemia"


Aku ingin share tulisan seorang Sahabat penderita "Cancer Leukemia".
Penyakit ini pula yang mengambil ibuku 23 tahun yang lalu.
Aku bergabung di Cancer Survivor club hampir setahun... karena aku ingin menyelami perasaan ibuku setelah di vonis kena penyakit ini.
Sejak ibuku sakit sampai beliau pergi aku tidak mendampingi beliau karena memang dirahasiakan dari ku... (sedih ya..). Itulah alasan ku kenapa aku ingin menyelami perasaan orang2 yang menderita penyakit seperti ibuku.
Akhirnya aku menemukan tulisan pengalaman seseorang yang di vonis "Cancer Leukemia"
Selamat membaca...Semoga bermanfaat...


Gusti Ora Sare
Posted: August 1, 2012 in Uncategorized
Tags: kanker darah, leukemia, puasa 10
Sebenarnya, menuliskan pengalaman pengalaman yang pernah aku lalui dalam menjalani hidup bersama leukemia ini sungguh sangat tidak mudah, bahkan hanya dengan mengingat sebuah kejadian kecil di dalam ruang perawatan kelas ekonomi saja sudah membuat hati ini serasa teriris iris dengan sembilu, apalagi jika harus menuturkan betapa beratnya kemoterapy yang harus aku lakukan setiap hari sepanjang aku hidup dengan leukemia yang telah memasuki tahun kesembilan ini.
Sejujurnya,,, selama lebih dari delapan tahun ini aku lebih suka berdiam diri dari pada harus selalu berkeluh kesah atau meratapi nasibku yang terasa sangat menyedihkan ini. Cermin menjadi sebuah benda haram yang tidak boleh ada didalam kamarku karena setiap aku berkaca aku dapat melihat dengan jelas wajah dan tubuhku yang telah meninggal dunia tergambar dengan jelas disana. Pucat pasi dan sedikit kerutan pada dahi serta seringai kesakitan menghias sudut bibirku yang selalu pecah pecah dan membiru. Mayat hidup.
Masih begitu kental dalam ingatanku ketika vonis leukemia sudah membunuhku terlebih dahulu sementara aku masih terus bernafas. Lalu kesedihan demi kesedihan terus datang seperti tidak ada habisnya, dari mulai sulitynya mendapatkan obat, kehilangan sahabat sahabat seperjuangan sampai kerap bertengkar dengan dokter yang meremehkan kondisiku padahal kedatanganku untuk menemuinya sudah merupakan perjuangan yang begitu berat, namun sedikitpun dokter tersebut tidak menghargainya bahkan dengan entengnya mengatakan “Jangan manja kamu,,, “
Kebencianku terhadap mereka yang kerap mengingatkan tentang kesabaran menjadi puncak kemarahanku karena seolah olah aku sama sekali tidak memiliki sedikitpun kesabaran, padahal,,, tahu apa mereka tentang kesabaran ? Apakah mereka pernah merasakan betapa sakitnya perut yang membesar seperti orang hamil enam bulan? Atau tulang dada yang dibor untuk diambil sungsumnya ?
Dan sedikit saya mengingatkan kepada siapapun yang membaca tulisan saya ini, bahwa jangan pernah sekali kali memberikan nasehat untuk bersabar kepada mereka yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi jenis apapun, karena di dalam hati ini, kami akan mengumpat dan berteriak marah “Bangsat kau,,, manusia sok tahu ! Tahu apa kamu tentang kesabaran ?
Mereka tidak benar benar mengerti apa yang sedang aku alami, jangankan menjalani pengobatan panjang dengan obat obatan sitostatika (kemo) yang menjadikan penyintasnya mengalami ‘berjuta rasa, baru mendengar vonis LEUKEMIA saja sudah merupakan sebuah pukulan yang teramat berat yang tidak pernah terbayangkan oleh manusia terhebat sekalipun.
Sangat wajar bila kemudian diam diam aku mulai membuat sebuah daftar orang orang yang ‘sok tahu tersebut, yang kerap memberikan nasehat nasehat kesabaran seolah olah dirinya jauh lebih sabar dan lebih hebat dariku padahal dalam kesehariannya mereka adalah pecundang pecundang yang lari dari Tuhannya, bahkan diantaranya sampai saat ini masih saja suka mengemis ngemis sedikit kehidupan dunia untuk bisa mendapatkan sedikit uang ataupun kesempatan yang tidak mereka miliki.
Dan daftar yang kubuat itu ternyata begitu panjangnya sampai aku ragu apakah aku akan terus mendatanya atau tidak, karena hanya akan sedikit sekali menyisakan teman teman sejatiku yang benar benar bergelar ‘sahabat, atau sahabat sahabatku yang termasuk dalam ‘keluarga besar penyintas kanker yang masih terus berjuang untuk tetap hidup.
Salah seorang kawan lama yang sekarang berjanggut tebal dan kerap memakai peci putih dan sorban yang selalu wangi layaknya seorang kyai besar mengingatkanku tentang puasa di bulan Rhomadhon. “Kan sayang sekali jika tidak puasa brow,,, cobalah dipaksa sedikit,,, banyak kok orang sakit yang tetap menjalankan puasa,,, dan yakinlah bahwa puasa itu tidak akan menyebabkan kematian,,, bahkan bisa menyembuhkan penyakit… !”
Aku hanya tersenyum kecut mendengarkan ceramah teman lamaku itu sembari tetap fokus pada laju kendaraan yang aku kemudikan dan ketika sampai dirumah kontrakan temanku tersebut, dengan tanpa merasa bersalah istrinya yang berjualan takjil itu menjelaskan bahwa mereka sekeluarga tidak ada yang puasa pada hari itu karena mereka tidak bangun untuk makan sahur. ( Hanya karena tidak makan sahur dia tidak berpuasa ?? )
Dasar kyai jarkoni*,,, ! umpatku dalam hati sembari meninggalkan kawan lamaku yang parasnya memerah karena menahan malu.
“Gusti Ora Sare” (Tuhan Tidak Tidur)
Meskipun jika dipaksakan aku sanggup saja berpuasa tanpa ada yang bolong selama satu bulan penuh, namun,,, ada harga yang teramat mahal yang pasti akan aku keluarkan setelahnya seperti kondisi yang melemah dan berat badan yang sangat jatuh, bahkan bisa menyebabkan aku kembali dirawat dirumah sakit yang justru akan merepotkan istri dan kedua anakku, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang tidak sebentar untuk pemulihan kondisi fisikku seperti pada tahun tahun awal aku hidup dengan leukemia, dimana sebanyak sembilan kali aku pernah dirawat di rumah sakit yang diantaranya karena aku memaksakan diri untuk berpuasa.
Terserah orang mau ngomong apa, yang penting aku tidak melanggar aturan yang telah digariskan dalam Al Quran dan As Sunnah dimana aku memiliki keringanan untuk tidak berpuasa.
Wassalam.
- ocekojiro -
PS.
- *Jarkoni : Istilah jawa untuk seseorang yang hanya bisa berujar tetapi tidak bisa melakoni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar