Kepada Ayah, yang tak akan pernah dijumpai dimanapun lagi...
Ayah...
Waktu itu aku pernah berpikir untuk minta "pensiun" sebagai putrimu
Waktu itu aku pernah berpikir kenapa orang dewasa tak pernah rela melihatku gembira
Waktu itu aku selalu bertanya dalam hati kenapa aku disiksa seperti ini
dan waktu itu pula menanamkan tekad dalam diriku untuk segera mandiri, dan pergi dari mu...
Waktu itu aku masih bocah kecil yang merasa sudah BESAR
Waktu itu aku hanyalah gadis kurus yang yakin bisa menaklukkan dunia hanya untuk memperlihatkan padamu bahwa aku sungguh-sungguh ingin lepas dari semua aturanmu
Waktu itu tiap aku disuruh ini dan itu, aku selalu benyanyi di dalam hati agar mulutku tak segera membantahmu...
Waktu itu aku bahkan lupa untuk bilang terima kasih dan aku sayang kamu...
Waktu itu sudah 30 tahun berlalu,
Anehnya aku malah merindukan dan ingin kembali ke masa itu
Masa aku dipelonco habis-habisan tanpa hak jawab
Masa aku selalu bertanya kepadamu "kenapa aku dididik berbeda dari teman-temanku"
Masa aku protes dalam hati kenapa aku harus bekerja sekeras ini padahal semua temanku sedang bermain???
Ada kenangan yang masih jelas kuingat tentang ayah...
Suatu senja aku sedang duduk di ayunan (yang ayah buat untuk kami bermain dengan bentuk yang sangat istimewa, tiada duanya di dunia...)
Tiba-tiba ayah datang dan duduk disampingku...
Kami hanya duduk diam seperti biasa, dan tiba-tiba seekor burung pungguk melintas sambil bernyanyi dengan lagu kebangsaannya: "uuukkk..." (begitulah kira-kira nadanya yang tertangkap oleh telingaku)
Kemudian ayah bercerita tentang pungguk itu, tapi dengan format lain......
aku mendengarkan sambil menatap bulan purnama yang kala itu melintas di atas pohon mangga (yang juga ayah tanam...pohon itu katanya utk salah seorang anakknya...semua anaknya dihadiahkan sebatang pohon mangga...)
Ayah bercerita sekaligus menggambarkan bagaimana Ia sangat mengenal burung pungguk karena ayah melewatkan masa kecilnya di kampung kecil sebagai seorang anak yatim...bagaimana Ia membentuk takdirnya...ditengah hutan yang sering dilintasi burung pungguk...
Aku masih mengingat itu semua dengan jelas, bahkan masih bisa kurasakan bau dan hangat tubuh ayah yang duduk disampingku...
Aku juga masih mengingat bagaimana raut wajah ayah melepas putra-putrinya setiap tahun,
pergi untuk menuntut ilmu tanpa bekal materi yang cukup
melepas kepergian kami dengan keyakinan seorang mujahidin...
tak pernah ada kata, airmata atau keraguan yang terpancar dari wajahmu...
tidak setiap lebaran kami bisa pulang untuk menjengukmu, tapi ayah tetap duduk dimuka pintu menunggu kami datang walau gema takbiran telah berkumandang...ayah tak pernah kehilangan harapan dalam hati dan hidupnya...
Tiap kutanya bagaimana perasaan Ayah kala itu, ayah hanya bilang "tak bisa diurai dengan kata-kata ly"
Semangatmu ayah, adalah inspirasi terbesar dalam hidupku
Saat ayah ucapkan "Ayah hanya punya tekad untuk menjadikanmu pintar agar kamu bisa meraih mimpimu" saat itupun aku tidak mengerti tapi aku tahu bahwa ayah sudah bekerja sangat keras tanpa pernah menikmati hasilnya untuk diri ayah sendiri...
Saat aku ingin marah dan berontak padamu, saat itu pula aku selalu teringat ayah yang tergesa-gesa pulang saat magrib dan mandi secepat kilat untuk menunaikan sholat, saat itu pula aku sadar bahwa ayah lebih letih daripada aku...
Dan saat ayah meninggalkanku di kebun tengah hutan dengan sebatang kayu kecil dan korek api karena ayah harus mengantarkan hasil panen yang tidak muat di motor "combet" ayah...aku tahu betapa ayah adalah seorang mujahidin yang menitipkan hidup pada kehendak Illahi...
Sungguh aku kagum ayah....walau pada mulanya aku sedih karena aku sempat berpikir ayah lebih mementingkan hasil panen dibanding aku...
Begitulah Ayah...
Itu hanya sedikit dari hari-hari penuh warna bersama ayah yang sangat berkesan dalam hidupku
Hari-hari ayah membentuk jiwaku dengan semua sifat 'unpredictable' ayah...
Ayah, adalah anugerah terbesar yang Allah berikan untukku...
Ayah, aku tak bisa merasakan hangat dan bau keringat kerja kerasmu lagi
Ayah, aku tak lagi bisa duduk diboncengan motor combetmu dengan parang dipinggang dan hasil kebun didepan...
Ayah, aku tak lagi bisa mendengarmu bercerita tentang burung pungguk
Ayah, aku yang ingin pensiun sebagai putrimu tapi malah ayah yang melepaskan tangan dari genggamanku...padahal saat itu aku belum habis membacakan surah yasin untuk menemani tidurmu...
padahal saat itu aku belum sempat membangunkanmu untuk sholat ashar...
padahal saat itu aku hanya sempat menjawab salammu...
Aku memang payah ya Ayah..
padahal saat aku sedang berjuang melahirkan cucu Ayah, ayah menyempatkan diri datang menemani ketakutanku, dan membawaku ke tempat yang sangat indah dan tenang
apakah itu tempatmu sekarang Ayah...?
Jika tempat yang begitu indah adalah rumah ayah sekarang, aku bahagia ayah...
Ayah,...
Aku benar-benar merindukanmu...
Semoga Allah menjagamu untukku...
Terima Kasih untuk semua peluhmu, semoga tiap tetesnya membawa berkah bagi kami anak-anakmu
semoga tiap tetesnya menjadi penyejuk bagimu disana...
Amiinn Ya Robbul 'Alamin...
(Julie Saidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar