Sabtu, 30 Agustus 2014

We had a great time.


Anyone who was BORN in the 50's, 60's, 70's or 80's....

We are the last generation who played in the street.

We are the 1st who played video games, the last to record songs off the radio on a cassette tape.

We walked over a mile w/no worries on being taken...

We learned how to program the VCR before anyone else, 

We played from Atari to Nintendo....

We are generation of Tom and Jerry, Looney Toons, Captain Kangaroo.

We traveled in cars without seat belt or air-bags, lived without cell phones.

We did not have flat screens, surround sound, Ipod, Facebook, Twitter, computer or the Interned...

But nevertheless we had a GREAT time.

Re-post if you are a 50's, 60's, 70's or 80's !!!"


The Power of Doa.


Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan) tergesa-gesa menuju airport.
Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.

Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: Saya ini dokter spesial, tiap menit nyawa manusia bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?
Pegawai menjawab: Wahai dokter, jika anda ter-buru-buru anda bisa menyewa mobil, tujuan anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.

Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil.
Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka sadar mereka tersesat dan terasa kelelahan.
Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, di hampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya.

Terdengar suara seorang wanita tua: Silahkan masuk, siapa ya?
Terbukalah pintunya.
Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam telpon.
Ibu itu tertawa dan berkata: Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi telpon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buat kan teh dan sedikit makanan untuk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda.

Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. 
Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat.
Ibu tersebut melanjutkan sholat-nya dengan doa yang panjang.

Dokter mendatanginya dan berkata: Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab doa-doa anda.
Berkata ibu itu: Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan doa-doa saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu.
Bertanya Dr. Ishan: Apa itu doanya?
Ibu itu berkata: Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya, katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini kesana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdoa kepada Allah agar memudahkannya.
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh doa ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah SWT telah menciptakan sebab seperti ini kepada hamba-Nya yang mu-min dengan doa.
Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.




Kesimpulan:
Jagan pernah berhenti berdoa hingga Allah menjawabnya.

Sebuah Batu Kecil.



"Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat pada tembok yang sangat tinggi. pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada kawan kerjanya yang berada di bawah.


Pekerja tersebut berteriak - teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.


Oleh karena itu, untuk menarik perhatian temannya yang berada jauh dibawahnya, ia mencoba melemparkan koin uang logam didepan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang logam tersebut lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.


Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya kearah teman yang ada di bawah. Batu itu pun jatuh tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya yang dibawah menengadahkan kepala keatas. Sekarang pekerja tersebut dapat memberikan pesan catatan kepada kawannya di bawah."


Sahabat,

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. seringkali Tuhan melimpahkan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.


"Batu kecil" yang dilemparkan tadi bisa jadi merupakan peringatan kepada kita agar kita tidak selalu "sibuk" dengan urusan-urusan dunia...hm....terkadang kitapun selalu "lupa" bersyukur kepada Nya.


"Koin-koin" yang awalnya dilemparkan tersebut merefleksikan rahmat, rejeki, kesempatan, kelegaan, kesehatan, kemudahan, tetapi itu terkadang tidak membuat kita "menengadah" kepada Nya...akhirnya Tuhan melemparkan sebuah batu kecil kepada kita...


Semoga dengan ini menjadikan kita Hamba-Hamba yang pandai mensyukuri Nikmat-Nikmat-Nya,,,dan walau kita ditimpa "batu kecil" kita tetap sabar,berdoa dan berharap Allah berbuat demikian karena Dia merencanakan kebaikan buat kita kelak,,,dan menjadikan kita manusia yang bertaqwa ... aamiiin ...


Jam Berapa Sekarang?


Dalam suatu kereta seorang pemuda bertanya pada seorang bapak di sampingnya, "Jam berapa sekarang Pak?"

Sungguh diluar dugaan, si bapak diam saja, menoleh pun tidak. Mengira sang bapak tidak mendengar, pemuda tersebut mengulanginya sampai tiga kali, namun sang bapak diam tidak bergeming sedikit pun.

Merasa kesal, si pemuda akhirnya mencolek bapak tersebut dan berkata "Saya heran mengapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya???... apa sih susahnya!" katanya sambil membuang muka.

Tiba-tiba si bapak mulai berbicara "Bukannya saya tidak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong soal ini, soal itu, terus nanti kita jadi akrab"

Si pemuda diam mendengar ceramah si bapak, "Lalu apa salahnya kalau kita akrab?".

Si bapak menjawab "Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput, kalau kita sudah akrab, nanti kita turun sama-sama, terus saya pasti memperkenalkan mereka sama kamu. Nah, istri saya itu orangnya baik sekali sama semua orang, nanti dia pasti menawarkan kamu mampir kerumah, nanti kamu mandi dirumah saya, terus makan dirumah saya, kemudian lama-lama bisa akrab dengan anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya dan lama-lama bisa jadi menantu saya"

Sang pemuda yang tadi sudah bingung makin bingung, lantas dia bertanya "Terus apa hubungannya dengan pertanyaan saya yang pertama???"

Sambil berdiri dengan lantang bapak tersebut menjawab "Masalahnya anak muda, SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU, JAM TANGAN SAJA TIDAK PUNYA, BAGAIMANA MAU MEMBAHAGIAKAN ANAK SAYA?!?!" 

Lho???..... jadi Jam Berapa Sekarang, pak?

"Ketika Adolf Hitler semakin Lusuh"



Sedikit yang kita ketahui tentang Hitler. Bacaan di bawah ini cukup menarik untuk menambah wawasan kita tentang Hitler, selamat membaca!

Ketika Adolf Hitler Semakin Lusuh

SETELAH Hitler bunuh diri, bunker tempat persembunyiannya di selatan Brandenburg Gate, Berlin, tak pernah disentuh. Pemerintah khawatir bunker itu akan dijadikan situs suci bagi para pendukung Hitler dan Nazisme.
Kini pemerintah Jerman sedang membangun gedung baru di wilayah itu. Dan baru-baru ini pekerja konstruksi menemukan sesuatu yang diduga sebagai atap bunker Hitler.
***
29 April 1945. Untuk kali terakhir Adolf Hitler keluar dari kamar pribadinya di dalam bunker.
Tanda-tanda kejatuhan Berlin seperti juga kehancuran Nazi semakin nyata. Pasukan Uni Soviet telah mencapai bibir kota dari arah utara, timur dan tenggara. Hitler dan pasukan Nazi semakin tersudut. Beberapa kali bom jatuh di luar sana menimbulkan goncangan hebat di dalam bunker
Sore itu wajah Hitler tampak semakin lusuh. Tangannya yang selalu disimpan di balik punggung bergetar–sesuatu yang dideritanya sejak lolos dari upaya pembunuhan setahun sebelumnya. Tubuhnya semakin condong membungkuk ke depan. Dari sinar matanya dan wajahnya yang lusuh, Hitler tampaknya paham bahwa kemenangan semakin jauh meninggalkan dirinya, dan bahwa tiba saatnya bagi dia untuk meninggalkan pentas.
Padahal baru beberapa hari sebelumnya Menteri Propaganda Nazi, Joseph Goebbels masih sesumbar. Pasukan Nazi, yakinnya, akan mempertahankan Berlin hingga titik darah penghabisan. Warga Berlin dan tentara Nazi dilarang melarikan diri, mengibarkan bendera putih, serta melakukan tindakan sabotase yang memperlemah kekuatan Nazi.
Uban sepintas nyaris menutupi kepalanya, kenang Erna Flegel kepada harian Jerman, Bild Zaitung. Flegel adalah satu dari sekian perawat Hitler dan petinggi Nazi lainnya di dalam bunker. Flegel bertahan di dalam bunker saat pasukan Soviet tiba setelah Berlin sepenuhnya dikuasai dan bendera putih berkibar di jalanan dan lorong-lorong kota. Flegel baru meninggalkan bunker beberapa hari kemudian. Dinas intelijen Amerika sempat menahannya dan mengajukan banyak pertanyaan tentang aktivitas di dalam bunker. Namun Flegel menutup mulut. Kini wanita itu berusia 93 tahun. Dia hidup di sebuah rumah jompo di sebelah utara Jerman.
Hitler yang baru merayakan ulang tahun ke-56 saat itu, masih kenang Flegel, tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Air muka Hitler yang semakin lusuh itu, selusuh suasana di dalam bunker.
Kepada para pembantu setianya, termasuk Flegel, Hitler mengucapkan selamat tinggal. Dia menyalami semua orang yang telah sekian lama menemaninya di dalam bunker. Menanyakan satu dua pertanyaan singkar sebelum kembali ke kamar pribadinya bersama Eva Braun yang menurut beberapa riwayat dinikahi Hitler tak lama sebelum kematiannya.
Wartawan veteran Deutsche Welle, Heinrich Bergstresser, yang menjadi mentor dalam Seminar Freedom of Press and Freedom of Information yang digelar Friedrich Naumann Stiftung di Gummersbach, Jerman, mengatakan masih banyak sisi gelap kehidupan Hitler yang belum terkuak. Termasuk tentang hubungannya dengan Eva Braun. Kata Heinrich, beberapa desas-desus juga mengatakan Hitler seorang homoseksual, atau, pedofilia.
Keesokan harinya, sekitar pukul 15.30, terdengar tembakan dari kamar Hitler. Sang Fuhrer bunuh diri. Setelah menenggak racun sianida, Hitler menembak kepalanya. Seperti Hitler, Eva Braun menghabisinya nyawanya dengan  menenggak sianida.
Cara Hitler memilih kematian juga masih jadi bahan pembicaraan. Banyak orang bertanya, mengapa dia harus menembak kepalanya setelah menggak sianida? Masih menurut cerita Flegel, menjelang kejatuhan Nazi, Hitler semakin gelisah dan paranoid. Peristiwa setahun lalu yang nyaris membunuhnya, membuat Hitler menjadi mencurigai siapapun yang ada di sekitarnya. Hitler curiga, jangan-jangan agen rahasia Sekutu berhasil menyusup ke bunker rahasia miliknya, dan menukar isi kapsul sianida yang telah disiapkannya untuk bunuh diri, dengan racun palsu. Dia percaya, pihak Sekutu ingin menangkap dirinya hidup-hidup–sesuatu yang bagi Hitler barangkali adalah sebuah hal memalukan yang tak termaafkan.
Goebbels yang juga tinggal di bunker itu pun bunuh diri bersama istrinya, Magda Goebbels. Beberapa versi mengatakan, Goebbels menembak dada Magda terlebih dahulu sebelum menembak kepalanya. Versi lain mengatakan, Goebbles dan Magda berdiri berhadap-hadapan di luar bunker, lalu saling tembak. Sebelum kematiannya, Magda yang juga dikenal sebagai tokoh propaganda Nazi lebih dahulu menghabisi nyawa keenam anak mereka. Dia melarutkan racun sianida ke makanan anak-anaknya.
Detik-detik menjelang kematian Hitler dan kehancuran Nazi ditampilkan kembali oleh Oliver Hirschbiegel, seorang sutradara Jerman, dalam film Der Untergang (Kejatuhan). Film berdurasi 150 menit itu ditulis berdasarkan beberapa buku sejarah seperti Inside Hitler’s Bunker karya Joachim Fest.
Film yang dirilis bulan Februari dan akan diputar di Israel itu menuai kontroversi karena dinilai terlalu berani menampilkan sisi Hitler yang manusiawi–sesuatu yang melawan gambaran umum tentang Hitler, diktator yang bengis dan kejam.
“Apakah kita diperbolehkan menampilkan monster sebagai manusia?” tanya harian Bild, misalnya.
Namun banyak kritikus film yang menilai film itu luar biasa karena mampu menampilkan dua kontras; kehidupan dalam bunker yang diliputi ketegangan, dan aksi bombardemen pasukan Uni Soviet di Berlin hanya beberapa meter di atasnya.
Bruno Ganz yang berperan sebagai Hitler, dan sang sutradara, Oliver Hirschbiegel, pun dinilai layak memperoleh Oscar.
***
Setelah 60 tahun berlalu, nazisme diduga belum mati. Tanggal 8 Mei lalu, bersamaan dengan peringatan 60 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua di Eropa, ratusan anggota kelompok neo-Nazi menggelar long march menuju Brandenburg Gate dan Monumen Holocaust.
Langkah rombongan yang mengenakan pakaian hitam-hitam itu dihentikan di Alexanderplatz, sebelah timur Berlin. Dalam sekejap mata mereka dikepung polisi anti huru-hara dan anggota masyarakat yang menentang kehadiran nazisme. Seberapa besar kekuatan kelompok neo-Nazi ini? Rakyat Merdeka, 24 Mei 2005

Maaf Mas, Saya tidak punya uang kembalian...



Kisah yang sangat menggugah hati... luar biasa.



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. 

Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”

Ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”

“Saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”Salam santun dan keep istiqomah .

"Tak Perlu Ajari Kami Berpuasa"



cerita dibawah ini sangat menyadarkan kita apa artinya puasa.. Selamat membaca!


"Tak Perlu Ajari Kami Berpuasa"

Hari ketiga di bulan Ramadan, saya berkesempatan menumpang becak menuju rumah ibu. Sore itu, tak biasanya udara begitu segar, angin lembut menerpa wajah dan rambutku. Namun kenikmatan itu tak berlangsung lama, keheninganku terusik dengan suara kunyahan dari belakang: abang becak.

Ya, kudapati ia tengah lahap menyuap potongan terakhir pisang goreng di tangannya. Sementara tangan satunya tetap memegang setang becak.

“Puasa-puasa begini, seenaknya saja dia makan,” gumamku.

Rasa penasaranku semakin menjadi ketika ia mengambil satu lagi pisang goreng dari kantong plastik yang disangkutkan di dekat kemudi becaknya. Untuk kedua kalinya saya menelan ludah menyaksikan pemandangan yang bisa dianggap tidak sopan dilakukan pada saat kebanyakan orang tengah berpuasa.

"Hemmm...abang Muslim bukan?” tanyaku ragu-ragu.

“Ya dik, saya Muslim," jawabnya terengah sambil terus mengayuh.

“Tapi kenapa abang tidak puasa? Abang tahu kan ini bulan Ramadan. Sebagai Muslim seharusnya abang berpuasa. Kalaupun abang tidak berpuasa, setidaknya hormatilah orang yang berpuasa. Jadi abang jangan seenaknya saja makan di depan banyak orang yang berpuasa,” kataku.

Kalimat-kalimat itu keluar deras dari mulutku, layaknya orang berceramah.

Tukang becak yang kutaksir berusia lebih dari 40 tahun itu menghentikan kunyahannya dan membiarkan sebagian pisang goreng itu masih menyumpal mulutnya. Sesaat kemudian ia berusaha menelannya, sambil memperhatikan wajah garangku yang sejak tadi menghadap ke arahnya.

“Dua hari pertama puasa kemarin, abang sakit dan tidak bisa narik becak. Jujur saja dik, abang memang tidak puasa hari ini karena pisang goreng ini makanan pertama abang sejak tiga hari ini,” ujarnya.

Abang becak itu sama sekali tak memberikan kesempatan kepadaku untuk memotong pembicaraannya.

“Dik, tak perlu ajari abang berpuasa. Orang-orang seperti kami sudah tak asing lagi dengan puasa,” jelas tukang becak itu.

“Maksud bapak?” mataku menerawang menunggu kalimat berikutnya.

“Dua hari pertama puasa, orang-orang berpuasa dengan sahur dan berbuka. Kami berpuasa tanpa sahur dan tanpa berbuka. Kebanyakan orang seperti adik berpuasa hanya sejak subuh hingga magrib, sedangkan kami kadang harus tetap berpuasa hingga keesokan harinya,” tegasnya.

“Jadi …” belum sempat kuteruskan kalimatku.

“Orang-orang berpuasa hanya di bulan Ramadhan, padahal kami terus berpuasa tanpa peduli bulan Ramadhan atau bukan,” sambungnya.

“Abang sejak siang tadi bingung dik, mau makan dua potong pisang goreng ini. Malu rasanya tidak berpuasa. Bukannya abang tidak menghormati orang yang berpuasa, tapi…” kalimatnya terhenti seiring dengan tibanya saya di tempat tujuan.

Sungguh. Saya jadi menyesal telah menceramahinya tadi. Tidak semestinya saya bersikap demikian kepadanya. Seharusnya saya bisa melihat lebih ke dalam, betapa ia pun harus menanggung malu untuk makan di saat orang-orang berpuasa demi mengganjal perut laparnya. Karena jika perutnya tak terganjal mungkin roda becak ini pun tak kan berputar.

Ah, kini seharusnya saya yang harus merasa malu dengan puasa saya sendiri? Bukankah salah satu hikmah puasa adalah kepedulian? Tapi kenapa orang-orang yang dekat dengan saya tampaknya luput dari perhatian dan kepedulian saya?

“Wah, enggak ada kembaliannya dik,” katanya setelah menerima lembaran uang dari saya.

“Simpan saja buat sahur Bapak besok ya,” kataku lirih

Tuhan, Beri aku waktu 1 jam saja.



Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota . Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.


Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.


Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.


Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anak nya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit. Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. 


Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ... Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.


Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. 


Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu.


Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni. Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. 


Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.. Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.


Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?" Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita. 


Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. 


Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian. Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. 


Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. 


Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik. Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya. Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."


Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. 


Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja". Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja".


Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga suaminya memeluknya erat-erat.


Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.


Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulan berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya.


 "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. 


Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. "Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya". 


Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda. "Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas. Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. 


Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya. "Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."


Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....." Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.




Kehidupan TKW Indonesia di Saudi Arabia.




88 Votes

Tidak ada MEDIA INDONESIA yang mengekspose berita ini, kenapa? Inilah Kisah TKW yang menggorok leher seorang BALITA di madinah
Video anak yang tidak bersalah ini bisa dilihat disini
Seringkali saya membaca berita tentang kisah-kisah pilu dan menyedihkan para TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang bekerja di Saudi Arabia. Kisah atau cerita yang diangkat berdasarkan dari cerita para TKW atau karena pengamatan selintas kita tentang keadaan para TKW waktu bertemu di mall-mall, di restaurant ataupun di Rumah Sakit.
Sebetulnya kalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, para TKW/ PRT (Pembantu Rumah Tangga) itu sudah diperlakukan tidak layak dan tidak manusiawi sejak sebelum keberangkatan mereka ke Saudi.
Pernahkah teman-teman melihat pemandangan di bandara Soekarno-Hatta, bagaimana para petugas, baik petugas dari PJTKI-nya atau petugas bandara memperlakukan TKW/ PRT yang akan diberangkatakan ke Saudi Arabia khususnya..??
Mereka digiring-giring seperti ternak, seringkali mereka dibentak-bentak bahkan dicaci maki. Saya sering melihat pemandangan seperti itu, karena setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali saya pulang pergi Riyadh- Jakarta, Jakarta- Riyadh. Pemandangan seperti itu, bukan pemandangan yang langka.
Para TKW itu setelah digiring-giring seperti bebek, mereka biasanya duduk bergerombol dilantai. Ada pemandangan yang berbeda tentang kelakuan dan tingkah para TKW, dari TKW/ PRT yang akan berangkat ke Saudi dengan tingkahnya para TKW/ PRT yang mau pulang dari Saudi. Para TKW yang bergerombol di bandara Soeta, kebanyakan mereka diam dan tidak banyak omong.
Tapi coba perhatikan para TKW/ PRT di bandara KKIA Riyadh yang mau pulang ke Jakarta, berisiknya minta ampun. Kalau ngomong saja sampai teriak-teriak, bahkan pernah saya lihat ada yang joget-joget segala, sampai ada yang ditegur oleh satpam-nya bandara KKIA.
Back to topic.
Di bandara Soeta dokumen2 keberangkatan para TKW, saya perhatikan semuanya sudah diurus oleh petugas dari PJTKI masing2. Setelah masuk ruang tunggu pesawat dan terbang ke Saudi, barulah TKW itu bertanggung jawab atas dirinya masing2. Ketika mereka sudah ada dalam pesawat Saudia/ GIA. Mulailah para pramugari yang di uji kesabarannya oleh para TKW.
Saya memperhatikan, betapa seringnya para pramugari yang cantik2 itu membersihkan lavatory/ wc. Sambil tidak henti2 memberikan pengarahan kepada para TKW yang menggunakan lavatory. Coba lihat lantai lavatory yg menjadi penuh air, karena para TKW tidak tahu caranya cebok, tidak tahu caranya membuang tissue. Semuanya berceceran di lantai. Bahkan cara mengunci wc pun mereka tidak tahu. Kalau kebetulan saya mau menggunakan wc, seringkali sayapun ikut2an memberi tahu mereka.
Bahkan setiap saya pulang atau pergi Riyadh – Jakarta, saya pasti dan selalu menjadi sekertaris dadakan para TKW untuk mengisi kartu2 kedatangan mereka.
Tahukah teman…?
Kalau banyak para TKW yang buta huruf…?
Bahkan banyak dari para TKW itu yg tidak bisa berbahasa Indonesia…??
mereka hanya bisa bahasa dari daerahnya sendiri. Jangankan bisa bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi dengan majikan, bahasa Indonesiapun mereka banyak yang tidak tahu…?
apalagi bahasa Inggris…?
Itu sih bisa di itung dengan jari kelingking. Mungkin dari 1 jt TKW yang ke Saudi, mungkin cuma 1 yang bisa sedikit ngerti english…Itu kenyataan teman2..
Menyedihkan bukan..??
Terus apa yang mereka lakukan selama mereka ada di penampungan..????
Ternyata adanya balai latihan kerja itu sepertinya hanya formalitas saja, kadang2 tidak ikut latihan kerja juga mereka sudah bisa punya sertifikatnya.
Halahhhh….tahu sendiri lah, di negara tercinta kita itu apapaun bisa dibeli asal ada uang. Level korupsinya sudah dari level paling rendah sampai level paling tinggi. Berdasarkan sumber yang bisa dipercaya ( para TKW khususnya yang ke Saudi ) selama mereka berada di penampungan itu, selama mereka sedang mengurus dokumen2 dan menunggu datangnya visa.
Para TKW itu tidak belajar apa2. Mereka hanya tidur2an, makan, minum, ngorol2 sampai malam.
Setelah mereka sampai di bandara King Khalid Riyadh, karena tidak ada petugas dari PJTKI yang mengarahkan mereka, jadilah gerombolan para TKW itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Bagaimana tidak dibentak2 oleh petugas orang Saudi, kalau mereka disuruh berbaris disebelah kanan, para TKW masih tetap bergerombol disebelah kiri.
Disuruh mengantri satu2, malah mereka saling berebut.
Disuruh memperlihatkan paspor dan kartu kedatangan, mereka malah melongo.
Ya iyalahhhh….petugas mana yang tahann….?!
Apalagi orang Saudi kebanyakan tidak sabaran, dan suaranya yang kenceng2. Habislah para TKW itu dibentak2. Jangankan oleh petugas orang Saudi yang tidak bisa berbahasa Indonesia, wong oleh petugas orang Indonesia yang sebangsa saja, para TKW itu sering dibentak2 koq.
Setelah mereka selesai di proses di imigrasi dan selesai mengambil bagasi. Mereka semua dikumpulkan dan di data, sementara paspor para TKW itu akan dipegang oleh petugas Imigrasi. Setelah itu para TKW akan dibawa ke ruangan tunggu khusus TKW, sambil menunggu dijemput oleh majikan masing2.
Para TKW itu tidak akan dikeluarkan dari ruangan tersebut, kecuali dijemput oleh majikannya yang nama majikannya tertera di paspor TKW tersebut. Kalau yang nama penjemput TKW itu tidak sesuai dengan nama yang ada dalam paspor TKW, penjemput tersebut harus memperlihatkan surat kuasa penjemputan dari calon majikan asli TKW itu.
Itulah alasannya mengapa para TKW di bandara King Khalid di kumpulkan sebelum mereka dimasukkan ke ruang tunggu. Calon majikan berada diluar sambil memelototi screen tv monitor. Disana akan disebutkan nama TKW lengkap, nama majikan dan nomor urut TKW.
Kalau nama-nya sudah cocok, para majikan akan lapor ke meja petugas sambil memperlihatkan kartu ID asli. Setelah itu mereka akan memanggil TKW yang bersangkutan dan memberikan paspornya. Setelah TKW dan majikannya menandatangani surat-surat, barulah TKW itu bisa keluar mengikuti majikannya. Itu prosedur yang masih saya ingat.
Kenapa saya tahu tentang prosedur tsb..?
karena saya pernah 2 kali mengambil pembantu dari PJTKI Jakarta. Biaya yang dikeluarkan majikan untuk mengambil TKW, kurang lebih Rp. 28 juta. Bahkan ada yang membayar lebih dari itu.
Untuk teman-teman yang berada di Indonesia khususnya, ini sekedar informasi saja, tidak semua TKW yang datang dan bekerja di Saudi Arabia itu semuanya mempunya majikan WN Saudi.
Di Arab Saudi ini semua warga negara tersedia disini. Jadi para TKW itu ada yang punya majikannya memang WN asli Saudi, tapi tidak sedikit para majikan mereka itu warga negara lain yang mukim dan tinggal di saudi Arabia. Soalnya masyarakat kita yang ada di Indonesia kan tahunya, kalau TKW bekerja di Saudi Arabia, sudah pasti saja majikannya warga negara Saudi.
Padahal tidak begitu…lho…!
Ada yang majikannya WN Turky, Mesir,  Sudan, Siria, Lebanon, Palestina, Jordan,  USA, Pakistan, India dsb. (capek kalau harus nyebutin satu satu mah…hehehe..)
Sudah hampir mau 10 tahun saya menetap di Saudi Arabia, mengikuti suami yang WN Saudi. Karena menetap disini, tentu saja saya sering sekali menjumpai TKW diluar rumah, baik di rumah para kerabat suami saya, ataupun di rumah teman saya yang orang Saudi, berjumpa di pesta2 nya orang Saudi, bertemu di mall2, di rumah sakit ( mengantar majikannya yang sakit ), di restaurant, di tempat bermain anak2, Seringkali saya menjadi penterjemah dadakan karena TKW nya tidak mengerti sama sekali perintah majikannya.
Kalau anda sudah lama tinggal di Saudi dan anda sering belanja di toko2 Indonesia,seringkali kita akan melihat ada TKW yang memang sedang berbelanja atau TKW kaburan yang menunggu dijemput sesorang.
Tahukah anda…??
kalau para TKW ilegal disini jumlahnya hampir sama banyaknya atau mungkin lebih banyak jumlahnya daripada para TKW yang legal.
TKW kaburan kebanyakannya bukan karena disiksa majikan atau karena tidak digaji majikan. Tapi banyak TKW yang kabur itu karena keinginannya sendiri. Ada yang alasannya karena mereka ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang didapat dari majikan asli.
Bahkan banyak yang jadi TKW kaburan karena mereka ingin bebas hidup bersama pacarnya ( para sopir2 Indonesia, para pekerja asing seperti Pakistan, Bangladesh, India ).
Itu bukan rahasia lagi kalau disini ada sindikat/mafia yang akan menampung TKW kaburan. Seringkali saya membaca di surat kabar lokal, kalau polisi telah merazia beberapa apartemen/ rumah2 kontrakan yang penghuninya hampir 99 % TKW ilegal asal Indonesia. Dan ternyata mereka melakukan praktek pelacuran. Tarifnya cuma 50 sr ( 120 rb ) sekali pakai.
Germo wanitanya kebanyakan orang Indonesia asli, pasangan germo yang laki-laki seringkali orang Pakistan atau Bangladesh. Menurut pengakuan mereka, kostumernya kebanyakan sopir2 taxi orang Pakistan atau pekerja kasar orang Bangladesh dan India.Bahkan kadang2 ada juga sopir orang kita sendiri.
Para PSK asal negara kita itu bukan hanya TKW kaburan saja, bahkan banyak yang datang menggunakan visa umrah. begitu sampai di Jeddah mereka tidak pulang lagi ke Indonesia, tapi mereka memilih menjadi TKW ilegal. Itu bukan menjadi rahasia umum lagi disini.
Sepertinya setiap orang yang sudah lama mukim disini pasti sudah pada tahu soal itu.Pemerintah saudi Arabia sebetulnya terlalu baik terhadap TKW ilegal tsb.
Kenapa….??
karena menurut pengakuan para TKW ilegal, kalau mereka sudah ingin menghentikan petualangannya sebagai TKW ilegal dan mereka ingin secepatnya pulang ke Indonesia, para TKW ilegal itu akan menyerahkan dirinya sendiri ke kantor polisi ( jadi bukan polisi yang menangkap mereka, tapi seringkali TKW ilegal itu yg datang ke kantor polisi menyerahkan diri minta ditangkap ). Karena dengan cara itu lah para TKW akan di deportasi ke Indonesia dengan gratis ( biaya tiket ditanggung oleh pemerintah saudi arabia ).
Oleh polisi TKW itu akan dijebloskan dulu ke penampungan TKW yang bermasalah/ bahkan banyak juga TKW ilegal itu ditampung dipenjara2 wanita, sebelum menunggu proses dipulangkan. Kalau mereka di interogasi, mereka akan memberi alasan kabur dari majikan karena dipukuli dsb, dan mereka memberi alasan tidak tahu alamat lengkap majikannya.
Bagaimana polisi mau mencari majikan TKW tersebut kalau si TKW memberi alasan tidak tahu alamat majikannya….?
akhirnya TKW itu ditempatkan di penampungan dan sudah pasti akan dipulangkan ke Indonesia.
Wahh…teman2  jangan berfikiran bahwa penampungan/ penjara wanita di Saudi menakutkan….
Menurut sumber yang bisa dipercaya kebenarannya. Penampungan/ penjara wanita di Saudi Arabia itu tempatnya sangat bagus. Makanan berlimpah ruah, malah konon katanya mereka mendapat jatah uang bulanan untuk membeli perlengkapan mandi sekitar 60 sr ( kurang lebih 140 rb ) per bulannya.
Sementara para TKW cuma tidur, duduk2, nyanyi2 dan menikmati hari2 nya sambil menunggu waktunya mereka di deportasi ke Indonesia.
Kenapa saya tahu banyak tentang keadaan penampungan/ penjara wanita itu. Karena saya pernah punya TKW yang menurut pengakuannya, ternyata dia sudah 7 kali bekerja di Saudi Arabia, dan dia pernah 3 kali menjadi TKW kaburan, dan 4 kali menjadi TKW sukses. Untungnya dia termasuk TKW kaburan baik, yang tidak pernah menjadi PSK, dan saya percaya itu. Selama bekerja pada saya selama 3 tahun, si mbak sebut saja namanya Sumi. Dia sering menceritakan kisah petualangannya selama menjadi TKW kaburan, termasuk selama dia berada di penjara wanita, dia juga menceritakan kisah teman2nya TKW ilegal yang sama2 di penampungan.
Jadi kalau ada TKW yang pulang ke Indonesia dalam keadaan hamil, terus mengaku diperkosa oleh majikan laki2/ anak majikan laki2. Kita tidak harus begitu saja mempercayai omongan TKW itu. Karena kenyataannya disini, banyak sekali TKW yang dihamili oleh pacarnya. Bukan diperkosa, tapi suka sama suka, TKW hamil karena diperkosa memang ada, tapi TKW yang hamil karena suka sama suka atau akibat karena melacurkan diri juga banyak.
Itu sudah bukan rahasia lagi disini. Sebagai seorang WNI, terus terang saya malu juga dengan kelakuan sebagian TKW yang tidak bertanggung jawab itu.
Belum lagi di Saudi ini, TKW dari Indonesia itu terkenal sekali dengan sihir-nya. Sementara di negara Saudi hukuman untuk yang melakukan sihir sangat berat sekali.
Jadi kalaupun ada TKW yang tidak pernah menyantet majikannya, tetep aja kadang2 jadi kena getahnya.
Cerita ini bukan omong kosong belaka. Saya punya banyak rekan kerja orang Saudi. Hampir semua pembantu mereka pasti orang Indonesia. Pernah ada keluarga pamannya teman sekantor saya yang melaporkan pembantunya yang TKW Indonesia ke kantor polisi karena ketahuan TKW itu memasukkan air kencing ke dalam minuman majikan laki2 nya.
Bodohnya TKW tersebut dia memasukkan air kencingnya ke dalam air putih, bukan ke dalam air teh/ kopi terang saja majikannya itu curiga, kenapa air minumnya berwarna ke kuning2 an. Karena disangka majikannya air itu mengandung racun, akhirnya air itu dibawa ke laboratorium. Hasilnya ketahuan, kalau air putih itu mengandung air kencing, setelah di interogasi TKW itu mengaku kalau dia memang sengaja memasukkan air kencing kedalam minuman majikannya, supaya majikannya tunduk atau menyayangi TKW itu.
Bahkan katanya lagi dia pernah memasukkan darah menstruasi dia ke dalam masakan2 untuk disantap majikannya. Menurut keterangannya, dia tidak sendirian melakukan hal2 menjijikan tsb, tapi hampir sebagian TKW  yang datang ke Saudi melakukan hal2 seperti itu, karena mendengar cerita dari senior2nya yang ex Saudi selama dipenampungan di Jakarta. Terus mempraktekannya, akhirnya ketahuan dan dijebloskan ke penjara.
Teman saya yang orang Saudi itu, sampai khusus datang kepada saya dan bertanya, kenapa banyak TKW yang melakukan perbuatan seperti itu..?
bukankah dalam Islam itu merupakan dosa besar..?
dan TKW itu beragama Islam..?
“ Saya sendiri bingung harus menjawab apa..?
kenapa TKW itu berbuat hal2 menjijikan seperti itu, saya sendiri tidak tahu..?
karena saya kan bukan TKW….hahahah…Karena cerita itu berkembang dari mulut ke mulut, akhirnya saya dengar banyak rekan2 orang Saudi yang punya pembantu orang Indonesia memulangkan pembantunya. Alasannya, mereka takut makanan mereka dicampur oleh air kencing atau dicampur darah menstruasi. Dan sekarang ini banyak orang Saudi yang mengambil pembantu dari Vietnam.
Pernah saya mendapat pertanyaan konyol dari seorang Saudi,
“ Di Indonesia ada listrik gak…??
ada telpon gak..??
ada Mac Donald gak…??”. Saya jawab saja.
” Tidak ada….!!! kami orang Indonesia masih hidup di gua gua…!!” hahahahahahaha.
Ternyata orang itu punya alasan sendiri, kenapa mengajukan pertanyaan seperti itu. Karena dia punya pembantu dari Indonesia yang tidak tahu caranya menggunakan setrika, mesin cuci atau alat2 lainnya yang menggunakan listrik.. Mereka membandingkan dengan keadaan disini, semiskin miskinnya orang Saudi semuanya alat2 rumah tangganya kan sudah modern dan menggunakan listrik.
Sekitar 3 tahun yang lalu , ketika saya berkunjung ke rumah mertua diluar kota Riyadh. Saya diperkenalkan dengan pembantunya tetangga dari mertua saya. Sebut saja namanya Yuyun, baru kenal saya satu hari Yuyun sudah menceritakan kalau dia punya pacar orang Yaman yang berjanji kan menikahinya kalau Yuyun pulang cuti nanti ( kebetulan Yuyun, janda dengan anak 2 ).
Yuyun menceritakan betapa baik si Yaman pacarnya itu, suka memberi Indomie, suka memberi pulsa, suka memberi uang jajan. Oia, Yuyun juga menceritakan kalau si Yaman itu suka masuk diam2 ke kamar Yuyun, kalau majikan2 Yuyun sudah tidur ( majikan Yuyun cuma berdua. Sepasang suami isteri yang sudah tua ).
Wahh….ternyata si Yuyun ini nekat juga. Ngapain aja hayohh…??
kalau sudah berduaan di dalam kamar?
tidak mungkin kan cuma maen pasir…hehehe.
Saya sudah wanti2 sama si Yuyun, supaya tidak melakukan hal2 bodoh seperti itu. Di Saudi ini kan yang namanya pacaran tidak diperbolehkan. Kalau ketahuan bisa dihukum karena ada aturannya. Ternyata Yuyun mungkin sudah tak tahan juga. Setiap hari memasukkan si Yaman, lama2 masuk angin…
Ketika kandungannya menginjak 4 bulan, si Yaman kabur entah kemana.
Tinggalah yuyun dengan perut buncitnya, untung majikan Yuyun baik hati. Yuyun cepat2 dipulangkan ke Indonesia, karena kalau sampai melahirkan disini tanpa ada surat nikah resmi, Yuyun bersama bayinya bisa dijebloskan ke penjara.
Selamatlah Yuyun dari hukuman cambuk karena kebaikan hati majikannya.
Itu kalau pas kebetulan majikannya baik hati, pembantunya hamil cepat2 dipulangkan untuk menyelamatkan pembantunya.
Coba kalau majikannya yang tidak mau mengerti. Mengetahui perut pembantunya yang tiba2 melendung tanpa ketahuan tukang pompanya, boro2 dipulangkan, malah kalau gak diserahkan ke kantor polisi, bisa2 malah langsung di buang di kolong jembatan layang .
Dan waktu pulang ke Indonesia dengan membawa orok, untuk menutup malu biasanya TKW itu akan mengarang cerita kalau oroknya itu hasil diperkosa atau hasil dipaksa..
Padahal setelah beberapa lama kemudian, TKW itu akan kembali daftar ke PJTKI untuk kembali bekerja sebagai TKW di Saudi Arabia.
Itulah sebabnya, walaupun Saudi Arabia banyak dicaci maki di Indonesia oleh orang2 yang tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi tetap saja PJTKI selalu kebanjiran calon TKW untuk minta diberangkatkan ke Saudi Arabia. Kalau teman2 tidak percaya, coba temen2 cek dan ricek ke PJTKI di Jakarta.
Teman2 akan mengetahui..
ada berapa ribu TKW yg sedang menunggu mendapatkan visa untuk bekerja di Saudi Arabia. Dan saya yakin sekali kalau di Saudi Arabia, banyak sekali TKW yang semodel dengan si Yuyun.
Pemerintah Saudi bukan tidak berusaha menekan serbuan datangnya para TKW ilegal,khususnya yang datang dari Indonesia. Mulai dari 2 tahun yang lalu. Semua warga Asing yang tinggal di Saudi Arabia, harus disidik jari lagi, di photo lagi di imigrasi untuk disimpan di data base mereka.
Konon katanya untuk mencegah masuknya kembali TKW ilegal yang pernah dideportasi ke luar dari Saudi Arabia. Jadi para tenaga kerja asing yang pernah bermasalah di Saudi Arabia, tidak akan bisa mudah masuk begitu saja walaupun mereka sudah mengganti paspor bahkan mengganti namanya.
Saya masih ingat pesan si mbak Sumi, bekas pembantu saya dulu. ” Ibu, kalau nanti saya sudah pulang, dan ibu mau mengambil TKW dari jakarta lagi. Ibu harus hati2. Jangan mengambil TKW yang asalnya dari T, P, B, L, S, C, M…karena banyak TKW dari sana yang jahat2.
Saya kasihan sama ibu kalau ibu mendapatkan TKW yang jahat, karena ibu orangnya baik…( saya disebut baik, padahal saya bawel sekali..hehe ), Saya kasihan sama si putri kalau diasuh oleh TKW yang tidak baik. Kalau saja saya tidak akan menikah lagi, saya mau selamanya bekerja di rumah ibu.
Ibu harus tahu, tidak semua TKW itu datang kesini karena mereka mau menjadi TKW.Banyak lokalisasi pelacuran di Jawa Tengah dan di Jawa Timur yang di geregek polisi, terus para bekas PSK itu larinya ke PT, melamar untuk menjadi TKW. Dan kebanyakan mereka milihnya menjadi TKW di Saudi Arabia.
Ya…ibu bisa bayangkan, mereka tidak akan menjadi TKW yang baik karena menjadi pembantu itu susah, paling2 begitu sampai disini juga para bekas psk itu akan kembali menjual diri. Jadi ibu harus hati2 ya bu….!. Itu pesan si mbak sumi tercinta ( hallo…mbak Sumi.. sayang.. sehatkah mbak…? ).
Akhir bulan Mei kemarin, ketika saya sedang di ruang tunggu seorang dokter mengantar kakak saya yang sakit. Kebetulan bertemu denga seorang TKW yang juga sedang mengantar majikannya berobat. Saya perhatikan majikannya, seorang perempuan Saudi yang sudah tua.
Si majikan itu minta diambilkan air minum dari tas yang dibawa2 TKW itu. Saya mendengar jelas TKW itu ngomel2 terus dalam bahasa Indonesia. ” Dasar Babi, tadi ditawarin tidak mau, sekarang minta…!” Saya yang mendengar omelan TKW itu, jadi gatal juga. ” Emang dimana ada babi mbak..?!’. Si TKW itu tampak terkejut melihat saya. ” Eh…ibu orang Indonesia..?!” tanyanya..
Sambil lalu, saya sedikit menasehati TKW tersebut untuk sekedar menjaga bahasanya. Ngomel sih ngomel, tapi masa babi sampai dibawa2…. hahahaha. Kalau majikannya ngerti itu kata babi, saya yakin tuh TKW sudah ditendang 10 kilometer oleh majikannya.
Sekelumit kisah2 diatas itu murni berdasarkan pengalaman saya pribadi. Dengan tidak bermaksud mengambil kesimpulan bahwa TKW/ PRT dari Indonesia itu semuanya jahat.Orang jahat itu ada dimana2. Tidak di Saudi Arabia, tidak di Indonesia, tidak di Amerika, tidak di Eropa, tidak di Afrika.
Di semua tempat dibelahan dunia ini, orang2 jahat itu ada. Dan orang2 yang baik pun ada. Tidak semua majikan2 orang2 Saudi ( khususnya ) itu jahat. Yang baiknya juga banyak sekali ( makanya banyak sekali TKW yg betah bertahun2 kerja di Saudi Arabia ).
Majikan yang jahat pun banyak, itu bisa kita lihat dari banyaknya TKW yang pulang ke Indonesia dengan keadaan babak belur, bahkan seringkali pulang hanya tinggal nama saja.TKW itu juga tidak semua orang yang baik dan jujur, banyak sekali TKW yang jahat yang penuh tipu muslihat. Makanya sering diberitakan di koran2 lokal disini, kejahatan yang pelakunya TKW/ Tenaga Kerja Indonesia.
Baik dan buruknya pengalaman seseorang, tidak menjadi tolak ukur baik dan buruknya satu bangsa/ ras tertentu. Marilah kita sama2 dewasa dalam menyikapi permasalahan masalah TKW ini ( khususnya TKW di Saudi Arabia), yang kadang2 tampaknya seringkali di dramatisir oleh fihak2 tertentu (khususnya orang2 yang tidak suka dengan Islam/ tidak suka bangsa Arab ).
Kalau kita mau jujur negara kita punya andil besar dalam semua permasalahan TKW yang bermasalah ini.
Negara Indonesia yang konon katanya dulu, gemah ripah loh jinawi, ternyata sampai sekarang tidak bisa mensejahterakan rakyatnya. UUD45 pasal 34 ayat 1, ” fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara “ hanyalah kata kata keramat yang tertera di atas kertas belaka. Pada kenyataannya para penguasa di negara kita sampai saat ini belum ada yang berfihak kepada rakyat miskin. Selama angka kemiskinan dan angka pengangguran semakin meningkat, selama itu pula keberadaan TKW yang tidak berpendidikan pun tidak akan punah, malah akan semakin banyak dan meningkat.
Dan selama itu pula, kitapun akan selalu mendapat suguhan berita, tentang nasib para TKW yang memilukan. Dan itu merupakan pekerjaan rumah untuk para pejabat penguasa negara Indonesia, terutama bapak menteri tenaga kerja yang sejak tahun jebot sampai tahun 2010 mau segera berakhirpun, belum ada tanda2 kapan Pekerjaan Rumah yang satu ini akan segera bisa diselesaikan dengan baik.
Sumber: catatan diatas saya ambil dari tulisan mba’ Andini (Nining) di forum Kompasiana.com (http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/07/01/sisi-lain-cerita-tkw-di-saudi-arabia-bagian-1/) dengan sedikit edit tanda baca seperlunya.